Senin, 25 Juli 2011

PRABOWO SUBIANTO CERAMAHI DOSEN DAN MAHASISWA

Generasi muda sekarang enggan terjun di sektor pertanian. Mereka lebih memilih sektor lain yang dianggap lebih menjanjikan masa depan mereka. Sektor pertanian dianggap suram, tidak memberikan pendapatan yang cukup sebagai keluarga maju di masa depan. Demikian juga lulusan SMA/SMK yang melanjutkan kuliah di lingkup Fakultas Pertanian di Bali terus merosot, dari 268 orang tahun 2002 ternyata pada tahun 2006 tinggal hanya 96 orang. Suatu jumlah yang sangat kecil untuk ukuran Bali. Kondisi ini diperkuat lagi oleh kebijakan pemerintah di sektor ini yang dianggap kurang memihak petani. Karena itu, Ketua DPD HKTI Bali bersama delapan Dekan Fakultas Lingkup Pertanian se Bali mengagas suatu pertemuan-pertemuan pendahuluan, yang akhirnya menyepakati pembentukan Forum Komunikasi Pemberdayaan Pertanian Bali (FK PPB). Deklarasi bersama FK PPB dan penandatanganan Piagam Kesepahaman (M0U) antara DPD HKTI Bali dengan enam Rektor Universitas yang memiliki fakultas lingkup pertanian se Bali dilakukan pada tanggal 2 Mei 2011, bertempat di Aula Kampus Universitas Warmadewa, Jl Hayam Wuruk Denpasar.
Dalam rangka itulah, Universitas Warmadewa Denpasar yang sekaligus menjadi tempat pertemuan perdana ini, sepakat mengundang Bapak Ketum HKTI Prabowo Subianto agar berkenan hadir memberikan ceramah umum dengan tema ”Babak baru Indonesia Menuju Kemandirian pangan” kepada para Dosen dan Mahasiswa. Acara ini juga dihadiri oleh para Rektor Universitas terkait se Bali, para Dekan Fakultas lingkup pertanian se Bali, DPD HKTI Bali, para Guru Besar, dosen dan mahasiswa, termasuk Anggota Komisi IV DPR RI AA Bagus Sanjaya Jenatik.
Let Jen (purn) Prabowo Subianto yang juga Ketua Umum DPN HKTI dengan gaya pemaparan yang begitu bersemangat serta di dukung oleh sajian data-data terbaru, telah berhasil membuat para undangan terkesima melihat fakta yang telah memperihatinkan negeri ini. Dalam paparannya, beliau mengatakan bahwa pemerintah Indonesia masih kebingungan menerapkan kebijakan ekonominya. Indonesia telah lebih libral dari negara libral lainnya. Kebijakan impor telah menjadi hobi pemerintah. Sedikit-sedikit impor. Lahan Indonesia yang begitu luas belum termanfaatkan dengan baik. Garis pantai Indonesia yang terpanjang kedua setelah Kanada, tetap saja mengimpor garam, ikan Lele, dll. Impor pangan terus terjadi seperti beras, gula, kedelai, jagung, sapi, daging sapi, dll.  Sepertiga dari kawasan tropis dunia dimiliki Indonesia. Itu artinya tanah Indonesia mampu panen padi tiga kali dalam setahun, sedangkan Negara sub tropis hanya sekali dalam setahun. Tetapi kita tetap saja tekun mengimpor pangan.
Lucunya Indonesia kaya dengan air, tetapi air tidak dikelola dengan baik sehingga justru menjadi bencana. Tidak lama lagi air akan menjadi rebutan sehingga berpotensi menjadi sumber konflik atau perang abad modern. Lebih menyedihkan lagi, sumber daya manusia yang tidak dapat bersaing dengan negara-negara lainnya di dunia, karena lemah. Gizi yang dapat diperoleh dari susu, daging dan telur yang sangat memungkinkan dikembangkan di Indonesia, ternyata belum mampu dilakukan. Orang tua yang kekurangan gizi, cenderung melahirkan anak-anak yang lemah dan bodoh. Padahal era abad ini tengah terjadi persaingan SDM yang semakin hebat. Bagaimana jadinya bangsa ini ke depan?.
Kurang lebih dua jam beliau memberikan ceramah, para peserta semuanya tercengang dengan data yang disajikan, tepuk tangan pun bertubi-tubi disertai gelak tawa prihatin, akhirnya acara ditutup seiring dengan berakhirnya ceramah beliau.  Berbuatlah-berbuatlah wahai generasi muda bangsa.

By : HKTI Bali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar